40 research outputs found

    Pendekatan Fenetik Taksonomi Dalam Identifikasi Kekerabatan Dan Pengelompokkan Ikan Genus Tor Di Indonesia

    Full text link
    Ikan Tor merupakan ikan air tawar lokal Indonesia dan termasuk ikan terancam punah. Upaya konservasi yang harus dilakukan salah satunya adalah penentuan kekerabatan berdasarkan pendekatan fenetik. Hal ini dikarenakan kedudukan taksonomi dan klasifikasi diantara genus Tor masih rancu. Sumber data yang digunakan adalah karakter meristrik, morfometrik, morfologi secara umum, dan karakter khusus penentu spesies. Karakter khusus penentu spesies diantara ikan genus Tor adalah keberadaan dan ukuran cuping pada bibir bawah. Sampel ikan Tor diambil dari Telaga Banyu Biru Pasuruan (nama lokal ikan Sengkaring dan Tambra), serta spesies acuan (Tor tambraides dari Kalimantan Barat, Tor duoronensis dari Padang, and Tor soro dari Sumatra Utara). Fenogram dibentuk berdasarkan metode UPGMA. Berdasarkan fenogram yang terbentuk diperoleh 3 kelompok kekerabatan dari yang terdekat hingga terjauh dan 2 kelompok apomorfi serta 4 kelompok automorfi. Percabangan pertama terdiri dari dua subklad yaitu Tor duoronensis dan Sengkaring memiliki kesamaan 100%, dan Tambra merupakan sister clad dari Tor duoronensis yang didukung dengan nilai similaritas 92,9%. Subklad kedua terdiri dari Tor Tambra dan Tor soro (Apomorfi B) dengan nilai similaritas 59%, sedangkan Tor tambraides memiliki kekerabatan terjauh dengan indeks kesamaan sebesar 45, 625%. Ikan Sengkaring dan Tambra menunjukkan pola pengelompokan yang dekat dengan Tor duoronensis berdasarkan tujuh karakter morfometrik pembeda utama. Ketujuh karakter pembeda utama tersebut adalah ukuran cuping, SL (panjang standart), MXBL (panjang sungut rahang atas), CPL (panjang batang ekor), PDL (panjang sebelum sirip dorsal), IW (jarak antar mata) dan SNL (panjang moncong). Hasil analisis morfometrik menunjukkan bahwa ikan Sengkaring dan Tambra mutlak bukan merupakan ikan Tor Tambraides maupun Tor soro dikarenakan ukuran tubuh yang berbeda secara signifikan

    Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Mint yang Dimasukkan dalam Resin Komposit Microfine terhadap Kekerasan Resin Komposit Microfine

    Full text link
    Latar belakang: resin komposit microfine adalah salah satu jenis resin komposit yang memiliki daya serap yang tinggi terhadap cairan, tetapi mempunyai bau yang tidak enak. Oleh karena itu, ekstrak mint (cairan) perlu dimasukkan pada resin komposit tersebut. Sifat mekanis resin komposit dapat diketahui salah satunya melalui uji kekerasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak mint yang dimasukkan dalam resin komposit microfine terhadap kekerasan resin komposit microfine. Metode Penelitian: penelitian ini menggunakan 20 sampel yang terdiri atas: 5 sampel kelompok I, resin komposit tanpa ekstrak mint; 5 sampel kelompok I, resin komposit dideponir ekstrak mint konsentrasi 0,05 ml; 5 sampel kelompok III resin kompositdideponir ekstrak mint konsentrasi 0,1 ml, dan 5 sampel kelompok IV, resin komposit dideponir ekstrak mint konsentrasi 0,15 ml. Selanjutnya, setiap sampel dilakukan uji kekerasan dengan micro vickers hardness tester. Data penelitian yang diperoleh dianalisis dengan Anava satu jalur dan LSD0,05 ( Least Significance Difference ).Hasil: Data uji kekerasan yang diperoleh adalah: kelompok I, 130,83 + 0,46; kelompok II, 122,03 + 0,55; kelompok III, 127,17 + 0,62; kelompok IV, 130,13 + 0,46. Analisis data anova satu jalur menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kelompok pertama dengan kelompok kedua dan ketiga. Analisis data LSD menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok I dan IV. Kesimpulan: Terdapat pengaruh konsentrasi ekstrak mint 0,05 ml dan 0,1 ml yang dimasukkan dalam resin komposit microfine terhadap kekerasan resin komposit microfi

    Studi Karakteristik Dan Co-range Pasang Surut Di Teluk Lembar Lombok Nusa Tenggara Barat

    Full text link
    Pasang surut merupakan salah satu parameter oseanografi yang sangat berpengaruh di perairan. Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Lokasi Pelabuhan Lembar berada di teluk menarik untuk dikaji mengenai karakteristik dan kondisi pasang surut, informasi mengenai pasang surut berguna untuk aktivitas pelabuhan. Penelitian dilaksanakan pada 1 Mei – 18 Mei 2014 di Perairan Lembar, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data pasang surut sebagai data primer dan peta batimetri sebagai data sekunder. Sedangkan metode penelitian digunakan metode diskriptif dimana hasil penelitian dianalisa dan dimodelkan dengan software DHI Mike 21 dan ArcGis 10.1. Hasil penelitian menunjukkan tipe pasang surut Perairan Teluk Lembar adalah pasang surut campuran condong ke harian ganda (Mixed Tide Prevailling Semi diurnal) dengan nilai formzahl 1,1981. Nilai elevasi pasang surut MSL sebesar 1,27m, HHWL sebesar 2,19m dan LLWL sebesar 0,35m. Peta Co-range pasang surut berisi informasi sebaran amplitudo pasang surut, ketika pasang gelombang amplitudo bergerak menuju ke teluk dan ketika surut gelombang amplitudo pasang surut bergerak keluar teluk. Persebaran gelombang amplitudo pasang surut memiliki nilai yang relatif sama di setiap bagian teluk sehingga aktifitas pelabuhan tidak terganggu oleh gelombang amplitudo pasang yang tinggi

    Gambaran Faktor Risiko Peningkatan Tekanan Darah pada Remaja Usia 12-14 Tahun (Studi pada Siswa SMP Islam Al Azhar 14 Semarang)

    Full text link
    Hypertension is an increase in blood pressure in the arteries. Hypertension was an increasing of blood pressure in artery. Adolescent who suffered from high blood pressure were likely to undergo it until adulthood. A research conducted in Semarang in 2012 showed that 30,03% of Junior High School adolescents suffer from hypertension. Research in Semarang in 2012 hypertension adolescents was 30.03%. The purpose of this study was to describe the factors associated with blood pressure in in 12-14 years old adolescents in Al Azhar 14 Islamic Junior High School. This study type was descriptive observational with cross sectional design. The population of this study were all students in Al Azhar 14 Islamic Junior High School aged 12-14 years old. 100 samples were chosen by using proportionate stratified random sampling method. Descriptive analysis results showed that prevalence of hypertension was 5% and sistolic hypertension was 5% and diastolic hypertension was 43%. Mean sistolic blood pressure of adolescent is 105,91 mmHg and diastolic blood pressure is 74,63 mmHg.Systolic and diastolic hypertension were mostly found on boys (7.1% and 51,8%), had obesity (18.2% and 68,2%), had sedentary behavior (6.2% and 44,4%), had less physical activity (5.1% and 43,9%), had a habit of frequent consumption of sodium (6.9% and 51,7%), had a habit of frequent consumption of fat (5.7% and 50,9%), had a habit of frequent sugar consumption (5.8% and 51,9%). It was concluded that the occurrence of hypertension was most common in boys, obesity, sedentary behavior > 2 hours, less physical activity, sodiumconsumption habits, fat consumption habits, and habits of sugar consumption. Suggestions for adolescents were to reduce the consumption of sodium, fat and sugar, to do physical activity and to reduce sedentary behavior

    Monitoring Perubahan Area Persawahan Dengan Penginderaan Jauh Data Landsat Multitemporal (Studi Kasus Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah)

    Full text link
    Rice field land has a strategic role and function for people who figured agrarian society where most rely on the agricultural sector. But now many conversion of paddy fields into non paddy fields, for example in Boyolali. So, in case of paddy land conversion to non-paddy fields will definitely have an impact on society and the economy related supply of rice in terms of food security of local residents Boyolali per year.This study utilizes the application of Geographic Information Systems (GIS) and remote sensing to detect changes in the paddy fields of 2010-2014 with research sites in Boyolali. The method used in the data processing is Supervised Classification and use the Raster to Polygon. There the results are a decrease in paddy land area of 2010-2014. In 2010 acquired land area of 37571.68 hectares of rice fields, and in 2014 obtained a land area of 18877.33 hectares of rice fields. By utilizing the Supervised Classification method, it can be seen that the Boyolali deficit in the supply of rice Related Local Food Security. With the demand of rice per capita per day of 0.24 kg, while figures from the Department of Food Security provisions of 0.3 kg

    Seleksi Genotipe Padi Mutan Insersi Toleran Cekaman Salinitas Berdasarkan Karakter Pertumbuhan dan Biokimia

    Full text link
    Eleven genotypes of insertional mutant Nipponbare rice carrying randomly inserted activation tag were tested to investigate the growth and biochemical responses to salt stress. Pokkali, IR 29, and non-transgenic Nipponbare were used as tolerant, susceptible, and isogenic control, respectively. Plants were grown in plastic trays filled with 0 g L-1 NaCl Yoshida nutrient solution as control and grown in 6 g L-1 NaCl as treatment. Salt injury was scored on 10, 16, and 21 days after salinization. Observation at 21 days after salinization showed that there was significant difference among genotypes in growth and biochemical characters. Classification using hierarchical cluster analysis based on growth and biochemical responses showed that there were three clusters. Cluster I consisted of wild-type Nipponbare, T2.pMO.V.3.13.c.22, T2.pMO. V.1.7.a.15, T2.pMO.III.98.b.7, T2.pMO.II.231.c15, T2.pMO.III.98.b.8, T2.pMO.III.98.b.17, T2.pMO.III.98.b.3, and T2.pMO.VI.81.3.a.4. Cluster II consisted of IR 29, T2.pMO.V.3.13.c.14, T2.pMO.VI.30.1a.125, and T2.pMO.VI.30.1.a.65. However no mutant genotype was clustered with Pokkali in cluster III, which may indicate that there was no salt tolerant mutant genotype found in this research

    Pengaruh Aplikasi Herbisida PRA Tanam Cuka (C2h4o2), Glifosat Dan Paraquat Pada Gulma Tanaman Kedelai (Glycine Max L.)

    Get PDF
    Pengendalian gulma scara ikimia ialah pengndalian menggunkan senyawa beracun yang dapat menghambata atau mematikan gulma mengunakan herbisida. Penggunaan herbisida memiliki efek samping yaitu residu pada lingkungan dan resistensi gulma. Diperlukan alternatif herbisida lain untuk pengendalian gulma yang ramah lingkungan seperti cuka. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari penggunaan cuka sebagai herbisida dibandingkan dengan glifosat dan paraquat dalam mengendalikan gulma kedelai dilaksanakan di Kebun Percobaan Jatikerto FP-UB, Desa Jatikerto, Kec. Kromengan Kabupaten Malang pada bulan Maret 2013 sampai dengan Juli 2013. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu (P1) : Tanpa penyiangan; (P2) : Penyiangan pada 21 dan 42 hst; (P3) : Herbisida cuka 5%; (P4) : Herbisida cuka 20%; (P5) Herbisida glifosat 1 L ha-1; (P6) : Herbisida glifosat 3 L ha-1; (P7) : Herbisida paraquat 1 L ha-1 dan (P8) : Herbisida paraquat 3 L ha-1. Uji BNT 5% menunjukkan bahwa aplikasi cuka 20% sebagai herbisida tidak berbeda nyata dibandingkan paraquat 3 L ha-1 dan glifosat 1 L ha-1, tetapi cuka 20% berbeda nyata lebih kecil dalam mengendalikan pertumbuhan gulma dan meningkatkan pertumbuhan serta hasil tanaman kedelai dibandingkan dengan glifosat 3 L ha-1
    corecore